Senin, 15 Agustus 2011

CERITA DARI SERUT


Dusun Serut merupakan salah satu padukuhan di Desa Beji Kecamatan Ngawen Gunung Kidul. Terletak di sebelah timur laut dari lokasi Balai Desa Beji, Serut menjadi salah satu dusun yang relatif mudah terjangkau. Sebagian besar penduduk dusun ini bermata pencaharian sebagai petani. Hanya ada sebagian masyarakat yang menekuni wirausaha dan bekerja sebagai PNS. Dalam bidang pertanian, Dusun Serut memiliki beberapa potensi misalnya kedelai, jagung, ketela pohon, dan kacang. Data terakhir laporan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Beji “Lestari Mandiri” tahun 2009, luas lahan pertanian warga Serut untuk masing-masing komoditas di atas cukup besar. Diantaranya luas lahan untuk tanaman Jagung sekitar 16,5 hektar dengan tingkat produktivitas mencapai 7,1 persen per masa tanam. Potensi tanaman ketela pohon Serut memiliki luas berkisar 23 hektar. Potensi tersebut beberapa telah dimanfaatkan warga terutama untuk menunjang kebutuhan pangan pokok sehari-hari. Namun beberapa warga telah mengupayakan agar potensi pertanian yang dimilikinya dapat bernilai jual. Sementara ini, sebagian besar warga masih menjual komoditas tersebut tanpa diolah menjadi produk lainnya.
Di Serut sendiri, hasil ketela pohon biasanya dijemur untuk kemudian dibuat gaplek. Jika kita berkunjung ke Serut, jika musim ketela pohon maka akan menjadi pemandangan yang biasa di depan masing-masing rumah warga dipenuhi oleh gaplek. Biasanya setelah kering gaplek-gaplek tersebut lantas dijual ke pasar desa atau disetorkan kepada tengkulak. Para pengepul gaplek tersebut memiliki hubungan bisnis yang cukup intensif dengan beberapa pemilik usaha di Yogyakarta atau daerah lainnya. Hal yang paling dicari oleh para pengusaha dalam bisnis gaplek ini adalah potensi produksi tepung gaplek. Tepung ini di beberapa daerah telah menjadi bahan baku alternatif untuk pembuatan roti, cake, dan sejenisnya menggantikan gandum. Namun, ada pula sebagian warga yang telah mengolah potensi tersebut menjadi produk makanan seperti tape singkong, patolo, manggleng, atau pun kripik singkong.

Profil Usaha : Ada Singkong Tape pun Jadi
Zaman sekarang mungkin tidak banyak orang yang masih menekuni usaha tape singkong. Berbagai alasan pun dilontarkan mulai dari kurangnya pengetahuan hingga kurangnya waktu luang untuk membuat tape. Tapi bagi masyarakat Desa Beji, Kec. Ngawen Gunung Kidul tape singkong tetap akan menjadi produk makanan favorit. Salah satu warga yang masih menekuni usaha tape ini yaitu Ibu Lanjar. Warga RT 01 Dusun Serut ini setiap harinya membuat tape untuk dijual ke warga. Bertahun-tahun Ibu Lanjar menekuni usaha pembuatan tape Singkong meskipun masih sebagai usaha sampingan. Hanya saja, usaha ini masih terlalu sempit pemasarannya yaitu masih terbatas pada penduduk satu Dusun Serut. Biasanya setiap hari ia mampu memproduksi hampir 80 bungkus tape. Dengan harga Rp 200,00 per bungkus, usaha ini lumayan memberikan penghasilan tambahan bagi Ibu Lanjar.
Ketika ditinjau lebih jauh, konsep usaha tersebut masih terlalu sederhana. Ditambah lingkup pemasaran sebatas tetangga dekat dan harga yang begitu murah. Usaha tape ini pada dasarnya menjadi peluang yang cukup potensial mungkin tidak hanya bagi Ibu Lanjar namun juga bagi warga lainnya di Dusun Serut maupun Desa Beji pada umumnya yang memiliki lahan ketela pohon/singkong dan memiliki kemampuan membuat tape. Namun bagi dusun yang berpenduduk hanya sekitar 44 KK ini, minat untuk mengembangkan tape menjadi bisnis masih belum optimal. Hasil survey,misalnya, menyebutkan bahwa beberapa kendala yang dihadapi warga dalam mengembangkan usaha tapenya adalah keterbatasan modal, kurangnya tenaga kerja sehingga belum dapat memenuhi volume permintaan konsumen, dan kurangnya inovasi produk. Selain itu mengapa satu bungkus tape bisa dihargai dengan begitu murah? Karena usaha ini tidak memperhitungkan biaya dari proses produksi yang meliputi tenaga, alat, bahan bakar, dan kemasan. Sperti halnya yang diutarakan Ibu Lanjar, semua bahan tersebut tidak cukup sulit didapat dan semua telah tersedia dari kebunnya sendiri. Maka biaya tersebut pun tidak diperhitungkan dalam penentuan harga produk. Selain itu, jika semua bahan tadi dihitung sebagai biaya produksi yang pada akhirnya akan membuat mahal harga, dikhawatirkan tape tersebut kurang diminati masyarakat. (DF/SRT).

2 komentar:

  1. tape singkong yg dibungkus daun pisang itu isinya seperti apa ya

    BalasHapus
  2. Isinya seperti piyem tapi di potong2 kecil se ibu jari

    BalasHapus