Senin, 22 Agustus 2011

PUPUK ORGANIK

Sejarah perkembangan pupuk organik dan hayati
Penggunaan pupuk diperkirakan pada permulaan manusia mengenal bercocok tanam >5.000 tahun yang lalu. Di Indonesia sebenarnya pupuk organic sudah lama dikenal para petani. Mereka bahkan mengenal pupuk organik sebelum Revolusi Hijau turut melanda pertanian di Indonesia. Setelah Revolusi Hijau kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganya relatif murah karena di subsidi, dan mudah diperoleh.
Kebanyakan petani sudah sangat tergantung kepada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian, ketika terjadi kelangkaan pupuk dan harga pupuk naik karena subsidi pupuk dicabut. Tumbuhnya kesadaran akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan dan sarana  pertanian modern lainnya terhadap lingkungan pada sebagian kecil petani telah membuat mereka beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik. Pertanian jenis ini mengandalkan kebutuhan hara melalui pupuk organic dan masukan-masukan alami lainnya.

Pupuk Organik mempunyai banyak manfaat apabila diaplikasikan dalam pemupukan lahan tanaman pertanian. Adapun penekanan pemakaian pupuk organik secara kontinu dan berkesinambungan akan memberikan keuntungan dan manfaat dalam pemakaian jangka panjang:
1.      Pupuk organik berperan memobilisasi atau menjembatani hara yang sudah ada ditanah sehingga mampu membentuk partikel ion yang mudah diserap oleh akar tanaman.
2.      Berperan dalam pelepasan hara tanah secara perlahan dan kontinu sehingga dapat membantu dan mencegah terjadinya ledakan suplai hara yang dapat membuat tanaman menjadi keracunan.
3.      Membantu menjaga kelembaban tanah dan mengurangi tekanan atau tegangan struktur tanah pada akar-akar tanaman
4.      Dapat meningkatkan struktur tanah dalam arti komposisi partikel yang berada dalam tanah lebih stabil dan cenderung meningkat karena struktur tanah sangat berperan dalam pergerakan air dan partikel udara dalam tanah, aktifitas mikroorganisme menguntungkan, pertumbuhan akar, dan kecambah biji.
5.      Sangat membantu mencegah terjadinya erosi lapisan atas tanah yang merupakan lapisan mengandung banyak hara.
6.      Berperan penting dalam merawat /menjaga tingkat kesuburan tanah yang sudah dalam keadaaan berlebihan pemupukan dengan pupuk anorganik/ kimia dalam tanah.
7.      Berperan positif dalam menjaga kehilangan secara luas hara Nitrogen dan Fosfor terlarut dalam tanah.
8.      Keberadaan pupuk organik yang tersedia secara melimpah dan mudah didapatkan.
Langkah terbaik adalah mengkombi-nasikan pemakaian pupuk kimia dengan pupuk organik secara tepat sehingga tujuan awal untuk menambah kesuburan tanah dan peningkatan produktiftas tanaman pertanian terbukti nyata, atau penggabungannya disebut dengan Fisika, Kimia dan Biologi.
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya; nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik.
Pupuk kandang merupakan kotoran ternak. Limbah ternak merupakan limbah dari rumah potong berupa tulang-tulang, darah, dan sebagainya. Limbah industri yang menggunakan bahan pertanian merupakan limbah berasal dari limbah pabrik gula, limbah pengolahan kelapa sawit, penggilingan padi, limbah bumbu masak, dan sebagainya. Limbah kota yang dapat menjadi kompos berupa sampah kota yang berasal dari tanaman, setelah dipisah dari bahan-bahan yang tidak dapat dirombak misalnya plastik, kertas, botol, dan kertas.

Peranan pupuk organik dalam keberlanjutan produksi dan kelestarian lingkungan
Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama  terkait dengan sangat rendahnya kandungan C-organik dalam tanah, yaitu <2%, bahkan pada banyak lahan sawah intensif di Jawa kandungannya <1%. Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan C-organik >2,5%. Di lain pihak, sebagai negara tropika basah yang memiliki sumber bahan organik sangat melimpah, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal.     
Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia/hara yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Pupuk organik atau bahan organik tanah merupakan sumber nitrogen tanah yang utama 


PUPUK MADE IN SIDOREJO
            Salah satu potensi lokal yang berada di dusun Sidorejo,kelurahan Beji, kecamatan Ngawen Gunungkidul yang kultur masyarakatnya bertani dan berternak sapi memberikan potensi yang luar biasa bagi pengembangan desa ini melalui media pupuk. Pupuk organic yang dijelaskan diatas adalah salah satu penjelasan serta kegunaan dari pupuk organic dan cara membuatnya. Hal ini sebagai salah satu media cinta lingkungan dan stop penggunaan pupuk kimia oleh kelompok tani “ Harga Busana”. Kegiatan pembuatan pupuk dilakukan di RPPPO (rumah percontohan penggunaan pupuk organic) yang diketuai oleh bpk Slamet. Semoga dengan adanya pupuk organic ini diharapkan semua berhenti menggunakan pupuk kimia. Saat ini penjualan pupuk pun masih sangat lemah semoga dengan adanya informasi ini semua petani mulai melirik pupuk organic made in sidorejo, dan semua akan dilayani di RPPPO dengan menghubungi ketua kelompok tani Sidorejo.

Senin, 15 Agustus 2011

CERITA DARI SERUT


Dusun Serut merupakan salah satu padukuhan di Desa Beji Kecamatan Ngawen Gunung Kidul. Terletak di sebelah timur laut dari lokasi Balai Desa Beji, Serut menjadi salah satu dusun yang relatif mudah terjangkau. Sebagian besar penduduk dusun ini bermata pencaharian sebagai petani. Hanya ada sebagian masyarakat yang menekuni wirausaha dan bekerja sebagai PNS. Dalam bidang pertanian, Dusun Serut memiliki beberapa potensi misalnya kedelai, jagung, ketela pohon, dan kacang. Data terakhir laporan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Beji “Lestari Mandiri” tahun 2009, luas lahan pertanian warga Serut untuk masing-masing komoditas di atas cukup besar. Diantaranya luas lahan untuk tanaman Jagung sekitar 16,5 hektar dengan tingkat produktivitas mencapai 7,1 persen per masa tanam. Potensi tanaman ketela pohon Serut memiliki luas berkisar 23 hektar. Potensi tersebut beberapa telah dimanfaatkan warga terutama untuk menunjang kebutuhan pangan pokok sehari-hari. Namun beberapa warga telah mengupayakan agar potensi pertanian yang dimilikinya dapat bernilai jual. Sementara ini, sebagian besar warga masih menjual komoditas tersebut tanpa diolah menjadi produk lainnya.
Di Serut sendiri, hasil ketela pohon biasanya dijemur untuk kemudian dibuat gaplek. Jika kita berkunjung ke Serut, jika musim ketela pohon maka akan menjadi pemandangan yang biasa di depan masing-masing rumah warga dipenuhi oleh gaplek. Biasanya setelah kering gaplek-gaplek tersebut lantas dijual ke pasar desa atau disetorkan kepada tengkulak. Para pengepul gaplek tersebut memiliki hubungan bisnis yang cukup intensif dengan beberapa pemilik usaha di Yogyakarta atau daerah lainnya. Hal yang paling dicari oleh para pengusaha dalam bisnis gaplek ini adalah potensi produksi tepung gaplek. Tepung ini di beberapa daerah telah menjadi bahan baku alternatif untuk pembuatan roti, cake, dan sejenisnya menggantikan gandum. Namun, ada pula sebagian warga yang telah mengolah potensi tersebut menjadi produk makanan seperti tape singkong, patolo, manggleng, atau pun kripik singkong.

Profil Usaha : Ada Singkong Tape pun Jadi
Zaman sekarang mungkin tidak banyak orang yang masih menekuni usaha tape singkong. Berbagai alasan pun dilontarkan mulai dari kurangnya pengetahuan hingga kurangnya waktu luang untuk membuat tape. Tapi bagi masyarakat Desa Beji, Kec. Ngawen Gunung Kidul tape singkong tetap akan menjadi produk makanan favorit. Salah satu warga yang masih menekuni usaha tape ini yaitu Ibu Lanjar. Warga RT 01 Dusun Serut ini setiap harinya membuat tape untuk dijual ke warga. Bertahun-tahun Ibu Lanjar menekuni usaha pembuatan tape Singkong meskipun masih sebagai usaha sampingan. Hanya saja, usaha ini masih terlalu sempit pemasarannya yaitu masih terbatas pada penduduk satu Dusun Serut. Biasanya setiap hari ia mampu memproduksi hampir 80 bungkus tape. Dengan harga Rp 200,00 per bungkus, usaha ini lumayan memberikan penghasilan tambahan bagi Ibu Lanjar.
Ketika ditinjau lebih jauh, konsep usaha tersebut masih terlalu sederhana. Ditambah lingkup pemasaran sebatas tetangga dekat dan harga yang begitu murah. Usaha tape ini pada dasarnya menjadi peluang yang cukup potensial mungkin tidak hanya bagi Ibu Lanjar namun juga bagi warga lainnya di Dusun Serut maupun Desa Beji pada umumnya yang memiliki lahan ketela pohon/singkong dan memiliki kemampuan membuat tape. Namun bagi dusun yang berpenduduk hanya sekitar 44 KK ini, minat untuk mengembangkan tape menjadi bisnis masih belum optimal. Hasil survey,misalnya, menyebutkan bahwa beberapa kendala yang dihadapi warga dalam mengembangkan usaha tapenya adalah keterbatasan modal, kurangnya tenaga kerja sehingga belum dapat memenuhi volume permintaan konsumen, dan kurangnya inovasi produk. Selain itu mengapa satu bungkus tape bisa dihargai dengan begitu murah? Karena usaha ini tidak memperhitungkan biaya dari proses produksi yang meliputi tenaga, alat, bahan bakar, dan kemasan. Sperti halnya yang diutarakan Ibu Lanjar, semua bahan tersebut tidak cukup sulit didapat dan semua telah tersedia dari kebunnya sendiri. Maka biaya tersebut pun tidak diperhitungkan dalam penentuan harga produk. Selain itu, jika semua bahan tadi dihitung sebagai biaya produksi yang pada akhirnya akan membuat mahal harga, dikhawatirkan tape tersebut kurang diminati masyarakat. (DF/SRT).

Selasa, 09 Agustus 2011

Potensi Ekspor Gaplek Indonesia ke China Mencapai US$150 juta


Jakarta (ANTARA News) - Peluang ekspor gaplek ke China bisa mencapai 150 juta dolar AS (sekitar Rp1,365 triliun) per tahun, namun pasar yang sangat besar itu hanya dimanfaatkan Indonesia tidak lebih dari 14 persen atau senilai 21 juta dolar AS (sekitar Rp191,1 miliar).

Padahal kebutuhan gaplek di negara tirai bambu itu mencapai lima juta ton per tahun, yang sekitar 70 persennya dipasok oleh Thailand, kata seorang pelaku usaha dari China, Liang Guo Tao, kepada pers di Jakarta, Jumat.

Liang datang ke Indonesia untuk menjajaki berbagai kemungkinan bisnis dengan pengusaha Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan biofuel, baik dari sisi mesinnya atau pun bahan baku.

Bersama dengan mitra bisnisnya di Indonesia, Benny Kusbini, Liang mengatakan bahwa gaplek akan dijadikan etanol di China. China selama beberapa tahun ini sudah mulai mengurangi konsumsi minyak bumi yang semakin langka dan mahal. Etanol sudah dijadikan sebagai campuran BBM di 16 provinsi di China.

Bukan hanya China yang melirik potensi etanol di Indonesia, bahkan beberapa negara asing, lanjutnya, juga sudah mulai menjajaki kemungkinan pembukaan pabrik etanol di Indonesia, termasuk penyediaan bahan bakunya yaitu tanaman singkong.

"Saya sedikit terlambat datang ke Indonesia, negara lain sudah melirik potensi gaplek dan singkong di sini sejak delapan tahun lalu," katanya.

Indonesia merupakan salah satu dari empat produsen singkong terbesar di dunia, setelah Nigeria, Brazil dan Thailand, dengan tingkat produksi mencapai 20 juta ton dari produksi dunia 220 juta ton.

Sementara itu, Benny Kusbini yang juga Presiden Direktur PT Mitra Globalindo Agribisnis mengatakan, dari kebutuhan China sebesar lima juta ton gaplek per tahun, negara itu sudah menyatakan kesediaannya untuk menampung sekitar satu juta ton gaplek.Pasar gaplek yang demikian besar itu, menurut Benny, seharusnya direspon pemerintah pusat dan daerah karena akan memberi dampak bergulir yang besar kepada masyarakat.

Jika Indonesia bisa memasok gaplek sebesar itu, katanya, maka ada omset sebesar 150 juta dolar AS yang berasal dari harga gaplek di China yang mencapai 150 dolar AS per ton.

"Nilai itu jika dirupiahkan bisa mencapai Rp1,3 triliun per tahun. Itu akan memberi pengaruh besar bagi masyarakat, karena ada penyerapan tenaga kerja yang besar," kata Benny yang juga salah seorang pengurus Dewan Koperasi Indonesia.

Infrastruktur dan layanan publik lainnya juga bisa bergerak jika pemerintah bisa memanfaatkan potensi pasar yang demikian besar. Belum lagi jika ada dorongan dari pemerintah agar pengembangan etanol berbasis singkong digalakkan.

Potensi etanol, menurut dia, juga demikian besar karena harganya bisa mencapai 750 dolar AS per ton. "Potensi kita untuk etanol bisa mencapai dua miliat dolar AS ke China," katanya.

China juga menawarkan mesin-mesin untuk pembuatan etanol yang bisa dibeli pengusaha Indonesia dengan dukungan pinjaman berbunga lunak enam persen per tahun dari pemerintah China selama 10 tahun.

"Pengusaha Indonesia cukup menyediakan dana sebesar 20 persen dari harga mesin, dan sisanya bisa dipinjam dari China," katanya dan menambahkan investasi untuk pabrik etanol berikut mesinnya dengan kapasitas 50 ribu ton per bulan sekitar 25 juta dolar AS. (*)

Sumber:http://www.antaranews.com/view/?i=1194593012&c=EKB&s=

Dari Jagung Menjadi "Lepet"

Hari Minggu (10/07), tim KKN-PPM UGM Unit 175 Sub unit Serut melakukan simulasi pembuatan lepet jagung bersama perwakilan PKK dan pemuda. Mengapa lepet jagung? Selama ini tidak banyak masyarakat yang tertarik mengkreasikan jagung sebagai komoditas yang bernilai jual. Padahal jagung menjadi salah satu potensi di Dusun Serut. Sebagaimana cerita dari warga pada umumnya, pasca panen masyarakat lebih suka menjual jagungnya secara mentah. Atau kalau pun mereka berniat untuk mengkonsumsi sendiri, maka jenis makanan yang dihasilkan juga terkesan biasa, standar, dan bahkan tidak disertai niat untuk memasarkannya. Cerita ini menjadi daya tarik tersendiri bagi tim KKN-PPM UGM untuk memotivasi masyarakat untuk mengkreasikan produk makanan dari jagung. Salah satu resep yang diunggulkan dalam program ini adalah “lepet jagung”.
Acara simulasi pembuatan lepet jagung bertempat di kediaman Ibu Suginem RT.01 Dusun Serut. Sebenarnya resep “lepet jagung” tidak asing lagi, hanya saja tidak banyak warga yang tertarik untuk membuat lepet jagung. Padahal proses pembuatan lepet jagung ini tergolong relatif mudah.

Bahan-bahan
(untuk 20 porsi)

6 buah jagung muda
150 gram kelapa parut
100 gram gula pasir
1/2 sendok teh garam

Cara membuat
Bahan yang harus disiapkan meliputi jagung muda, gula pasir, garam, dan kelapa yang sudah diparut. Usahakan dalam proses pengupasan jagung, kulit jagung (klobot) tidak rusak karena akan digunakan sebagai pembungkus adonan. Kemudian klobot dicuci hingga bersih dan dikeringkan. Selanjutnya, jagung muda disisir kemudian bisa diuleg atau dihaluskan menggunakan blender. Jagung yang sudah lumat kemudian dicampur dengan parutan kelapa, gula, dan garam dengan komposisi secukupnya. Kemudian, ambil 2 lembar kulit jagung, lalu letakkan 2 sendok makan adonan tadi, gulung hingga menyerupai jagung kecil, ulangi hingga bahan habis. Setelah itu, adonan dikukus selama kurang lebih 30 menit hingga matang, kemudian setelah dingin dapat disajikan. Silakan mencoba. (DF/SRT)

Kamis, 04 Agustus 2011

ADA APA DENGAN JAGUNG?


Selama ini tidak banyak orang tahu bahwa jagung mengandung zat yang begitu penting bagi tubuh. Sebagian orang Indonesia masih menganggap jagung sebagai bahan makanan sekunder karena mereka banyak bergantung pada beras. Tetapi jika ditilik lebih jauh, potensi jagung untuk menjadi bahan makanan primer sebenarnya tidak kalah jika dibandingkan dengan beras. Selain mengandung karbohirat, protein, mineral, jagung juga mengandung zat lainnya yang diperlukan oleh tubuh (lihat tabel).

Tabel 1. Kandungan Gizi dalam jagung
Komponen Kadar
Karbohidrat (g) 19
Gula (g) 3,2
Serat (g) 2,7
Kalori (kkal) 90
Protein (g) 3,2
Lemak (g) 1,2
Vitamin A, setara dg 10 g 1 %
Folat (Vit. B9), 46 g 12%
Vitamin C, 7 mg 12%
Besi, 0,5 mg 4%
Magnesium, 37 mg 10%
Potasium, 270 mg 6%
Air (g) 24

Sebagai tanaman semusim (annual), biasanya satu siklus hidup jagung berkisar selama 80-150 hari. Siklus tersebut dibagi menjadi dua periode yaitu periode pertama merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan periode kedua merupakan tahap pertumbuhan generatif. Tanaman jagung ini awalnya berasal dari Amerika yang kemudian tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung di Indonesia meliputi Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khusus di Daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya yang sesuai.

Manfaat Tanaman Jagung
Di Indonesia, sebagian besar masyarakat masih menganggap beras sebagai bahan pangan utama sehingga jagung masih menjadi bahan pangan sekunder. Namun, ada juga daerah yang telah memanfaatkan jagung sebagai makanan pokok seperti di daerah Madura. Hampir semua bagian tanaman jagung dapat bermanfaat antara lain : (1) Batang dan daun untuk pakan ternak dan kompos, (2) Batang dan daun kering untuk bahan bakar, (3) batang jagung sebagai bahan baku pembuatan kertas/pulp, (4) buah jagung untuk produk makanan, (5) Biji jagung sebagai pakan ternak, bahan baku industri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, industri textil.
Dari segi medis, jagung banyak bermanfaat untuk kesehatan sebagai zat pemberi energi, pembentuk sel jaringan tubuh (plastika), dan sebagai pengatur fungsi dan reaksi biokimia dalam tubuh. Selain itu, jagung dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit seperti melancarkan air seni, hipertensi, diabetes, melancarkan ASI, menyembuhkan luka bekas cacar air, dan sebagai obat diare.
Pada dasarnya jagung berpotensi menjadi bahan pangan alternatif menandingi beras. Hanya saja mindset penduduk Indonesia selama ini masih memprioritaskan untuk mengonsumsi beras (nasi) sebagai bahan makanan pokok. Mengapa masyarakat Indonesia masih begitu sulit mengurangi tradisi makan nasi dan enggan melirik bahan pangan lain? Apakah karena malas mengolah makanan atau karena ketidaktahuan mereka atas kandungan manfaat dari bahan pangan lain? Lantas bagaimana jika jumlah pasokan beras semakin menipis atau tanaman padi tidak bisa diharapkan menjadi bahan pokok di kemudian hari? Solusinya adalah bagaimana kreativitas kita dalam mengkreasikan makanan terutama jagung agar manfaatnya dapat maksimal kita dapatkan bagi kesehatan kita. (DF/SRT)
Sumber data: Retno Arianingrum, M.Si,“Kandungan Kimia Jagung dan Manfaatnya Bagi Kesehatan",staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/artikel-ppm-jagung2.doc

Senin, 01 Agustus 2011

TIGA SITUS DI KECAMATAN NGAWEN

Peninggalan sejarah memiliki arti penting bagi sebuah daerah, karena dari sejarah itu kita dapat mengenal dan mengetahui sebuah paradaban. Di Kecamatan Ngawen, ternyata terdapat 3 situs peninggalan bersejarah.
Situs-situs tersebut berupa sebuah bangunan peninggalan dari zaman dahulu yang menerangkan tentang sebuah kejadian atau kegiatan atau tatanan masyarakat yang ada di suatu daerah atau kawasan. Situs-situs yang ada di Kecamatan Ngawen ini terkesan kurang terawat atau diperhatikan oleh masyarakat sekitar atau bahkan pemerintah, sehingga banyak yang kurang tahu atau memahamai dimana dan sejauh mana situs itu berarti bagi perkembangan dan sejarah peradaban di Kec. Ngawen.


Situs-situs itu adalah :
1. Situs Watusigar


2. Situs Gedhangan
3. Situs Kampung
Konon ketiga situs tersebut berupa Candi dan Bebatuan Kuno/Klasik, dari ketiga situs tersebut yang agak samar-samar bisa kita tebak adalah Situs Kampung, dimana untuk Desa Kampung tersebut ada satu dusun bernama Candi, kemungkinan besar keberadaan situs itu di dusun tersebut, namun secara persis letaknya dimana saya sendiri juga kurang paham, dan untuk Situs Watusigar ini kemungkinan besar berupa batu terbelah sehingga Desa ini kemudian bernama Watusigar (Baca= Batu Belah). Tentunya hal ini masih memerlukan sebuah penelitian dan konservasi yang lebih mendalam dari ahli sejarah. Agar hal tersebut bisa terungkap ke permukaan dan masyarakat mengetahuinya sehingga akhirnya masyarakat dapat ikut melestarikannya, jangan sampai karena ketidaktahuan masyarakat menjadikan kerusakan pada situs-situs tersebut.

referensi :
http://ngawengunungkidul.wordpress.com/

Minggu, 24 Juli 2011

UGM Kembangkan Program EfSD di Gunung Kidul

YOGYAKARTA-Universitas Gadjah Mada khususnya melalui Fakultas Biologi setidaknya sejak tahun 2006 lalu telah fokus pada pengembangan program Education for Sustainable Development (EfSD) di desa binaan, yaitu Beji, Ngawen, dan Kemadang, Tanjungsari, Gunung Kidul. Berbagai langkah program EfSD telah dilakukan, seperti penerjunan mahasiswa KKN-PPM hingga pendampingan masyarakat oleh para ahli serta peneliti dalam pengembangan sektor pertanian.

Tidak hanya itu, banyak penelitian juga telah dilakukan dengan tujuan memberikan pendampingan dan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan dari segala aspek. Penelitian yang dimaksud, antara lain, tentang budidaya tanaman anggrek di lokasi tersebut. “Pendampingan bertujuan memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan lingkungan secara keseluruhan dan berkelanjutan dari berbagai aspek, ekonomi, sosial, hingga budaya sekalipun,” terang dosen Fakultas Biologi UGM, Slamet Widiyanto, S.Si., M.Si, di sela-sela Seminar Hasil Penelitian "Implementing Graduate Student Research and CEC Establishment, I-MHERE Project", di Fakultas Biologi UGM, Kamis (23/12).

Slamet yang juga menjabat sebagai person in charge (PiC) seminar menambahkan kegiatan juga sebagai contoh EfSD yang dilakukan UGM. Anggrek yang banyak ditanam di Hutan Rakyat dan Wisata Wonosadi, Ngawen, misalnya, terus dibudidayakan agar tidak rusak atau punah. Tanaman anggrek ini juga menjadi salah satu penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dalam proyek I-MHERE dengan judul "Kajian Keanekaragaman dan Upaya Pelestarian Tumbuhan Anggrek di Wonosadi, Gunung Kidul dengan Pendekatan Molekuler", dengan ketua peneliti Dian Aruni Kumalawati, S.Si. “Hasil penelitian yang dipresentasikan dalam seminar kali ini juga menjadi contoh pengembangan EfSD tersebut,” imbuh Slamet.

Selain judul penelitian tersebut, masih ada beberapa penelitian lain yang dipresentasikan dalam seminar, salah satu di antaranya ialah "Pemberdayaan Masyarakat melalui Budidaya dan Pelestarian Plasma Nutfah Tanaman Dioscorea spp. di Desa Beji, Ngawen, Gunung Kidul", dengan ketua peneliti Drs. Purnomo, M.S. Penelitian lainnya adalah "Eksplorasi Keragaman Genetik dan Diagnosis CVPD pada Pamelo serta Optimalisasi Pemanfaatan Tanaman untuk Peningkatan Perekonomian Masyarakat Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Gunung Kidul", dengan ketua peneliti Dra. Ratna Susandarini, M.Sc.

Berikutnya penelitian "Inovasi Budidaya Padi dengan Pupuk Bio Organik untuk Meningkatkan Produktifitas Tiga Kultivar Tanaman Padi (Oryza sativa L) pada Lahan Sawah Tadah Hujan Desa Beji Ngawen Gunung Kidul dengan ketua peneliti Dwi Umi Siswanti, S.Si., M.Sc. dan "Pemberdayaan Masyarakat melalui Budidaya dan Pemanfaatan Brucea javanica (L) Merr. sebagai Tanaman Obat Antikanker di Daerah Penyangga Hutan Wonosadi Gunung Kidul" dengan ketua peneliti Elvi Rusmiyanto Pancaning Wardoyo, M.Si. “Melalui proyek I-MHERE ini, masing-masing judul penelitian tadi mendapat grant sebesar 100 juta rupiah,” jelas Slamet.

Seminar hasil penelitian ini mendatangkan beberapa pakar dan reviewer, antara lain Dr.rer.nat. Ari Indrianto, S.U. (Fakultas Biologi), Prof. Dr. Ir. Bambang Hendro Sunarminto, S.U.(Fakultas Pertanian), dan Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc. (Fakultas Teknologi Pertanian).

Nantinya, kata Slamet, hasil penelitian akan ditindaklanjuti pada tahun 2011 mendatang, baik dari sisi pelestarian alam/lingkungan maupun kemungkinan pengembangan di sektor perekonomian masyarakat setempat, seperti pengembangan UMKM. Pengembangan, khususnya terkait lingkungan atau sektor pertanian meliputi biodiversity tanaman di kawasan dataran tinggi hingga dataran rendah (laut). (Humas UGM/Satria AN)

REFERENSI :
http://www.ugm.ac.id

Selasa, 19 Juli 2011

DESA KERAJINAN CAPING

Caping merupakan penutup kepala yang terbuat dari anyaman bambu untuk melindungi diri dari sengatan matahari, masyarakat umumnya menggunakan caping ini ketika mereka hendak ke sawah, tenggalan, mencari rumput dan ke pasar. Proses pembuatan caping memerlukan ketrampilan dalam menganyam bambu, tanpa sebuah ketrampilan dan ketekukan serta ketelitian anyaman caping tidak akan berbentuk. Dan disinilah sebuah filosofi hidup dari pengrajin caping ini terbentuk. Sebuah pribadi yang sabar dan teliti dari pengrajin-pengrajin caping ini.
Di Desa Beji Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul pengrajin caping banyak ditemui Di Dusun Bendo, Dusun Beji dan Dusun Tegal Rejo tiga dusun ini merupakan daerah dan tempat para pengrajin Caping di Kecamatan Ngawen. Di ketiga dusun ini hampir seluruh warganya memiliki pekerjaan sambilan sebagai pengerajin caping. Namun kini seiring perkembangan kebutuhan masyarakat serta pangsa pasar yang makin berkembang menjadikan pengrajin caping harus bersaing dengan pabrik-pabrik topi. Saat ini menggunakan caping sudah di cap ketinggalan jaman, tidak gaul lagi, mayoritas masyarakat lebih suka menggunakan topi. Namun bagi pengrajin caping hal ini merupakan sebuah tantangan dalam kehidupan bahwa mereka mampu dan bisa bertahan hidup dari menganyam caping. Caping bagi mereka tidak sekedar kerajinan yang mampu mendatangkan penghasilan, tapi bagi mereka caping mampu menopang kehidupan mereka, caping adalah sandaran hidup dan kepuasan jiwa.
Bahan baku bambu yang mereka gunakan didatangkan dari Temanggung untuk kemudian dibelah dan dibuat tipis-tipis sehingga mudah untuk dianyam, bambu yang digunakan sebagai bahan baku membuat caping harus memiliki jarak antar ruas yang panjang agar hasil anyaman dapat terlihat bagus. Caping yang dihasilkan nantinya akan di jual seharga Rp. 10.000 hingga Rp. 20.000, tergantung besar kecilnya ukuran serta kualitas caping. Caping Gunungkidul terkenal akan kualitas-nya yang lebih baik dibandingkan dengan hasil kerajinan Caping dari daerah-daerah lainnya. Hal ini bisa dibuktikan dan dilihat dari tebal serta keawetan Caping itu sendiri. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan jika ingin Kerajinan Caping ini tetap eksis adalah adanya campur tangan pemerintah daerah dalam mengupayakan pembinaan bagi pengrajin caping. Potensi yang ada jika dikelola dengan baik akan menjadi satu unggulan bagi daerah tersebut, tinggal bagaimana kita menyikapi dan melaksanakannya.
Bagi pemerintah daerah khususnya Pemerintah Kelurahan Beji mungkin bisa membuatkan ruang pamer untuk pengrajin caping ini bisa jadi dibuatkan bangunan di area kelurahan dan ruang pamer ini tentu dapat dipergunakan tidak hanya untuk Caping saja akan tetapi bisa untuk produk-produk dan kerajinan-kerajinan dari masyarakat di Kelurahan Beji, diimbangi dengan pembinaan dan perluasan pangsa pasar-nya. Dan mungkin bagi para perantau dari Desa Beji hal ini menjadi satu pekerjaan rumah tersendiri untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan ekonomi di daerah asalnya. Dengan kebersamaan seluruh komponen yang ada bukan tidak mungkin Desa Beji menjadi sebuah daerah yang memiliki begitu banyak potensi namun belum mampu tampil di permukaan, akan menjadi sebuah daerah yang begitu menarik dan mampu mendatangkan investor. Semoga

Senin, 11 Juli 2011

BERAS MERAH

Beras Merah Kaya Vitamin & Mineral



Nilai gizi beras bergantung pada jenisnya. Dari sisi jenis, masyarakat menggolongkan beras menjadi tiga golongan: beras putih (dipisahkan lagi menjadi pulen dan pera), beras ketan, dan beras merah. Tetapi, apa pun nama berasnya, orang awam hanya tahu, bahan ini hanyalah sumber karbohidrat semata, pengenyang perut, 'bensin' untuk beraktivitas. Padahal, jika saja mau sedikit iseng 'membongkarnya', utamanya beras merah, beras memiliki banyak manfaat lain.

Beras merah umumnya beras tumbuk atau pecah kulit, yang kulit arinya tak banyak hilang. Kulit ari beras mengandung zat-zat gizi yang penting bagi tubuh, di dalam kulit ari tersebut kaya serat dan minyak alami.
Serat tak hanya mengenyangkan, namun juga mencegah berbagai penyakit saluran pencernaan. Manfaat lain dari serat, yakni dapat meningkatkan perkembangan otak dan menurunkan kolesterol darah.
Sementara itu lemak dalam kulit ari kebanyakan merupakan lemak esensial, yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak anak. Sedangkan senyawa-senyawa dalam lemak kulit ari juga dapat menurunkan kolesterol darah, salah satu faktor risiko penyakit jantung.
Disamping itu beras merah pun lebih unggul dalam hal kandungan vitamin dan mineral daripada beras putih. Beras merah mengandung tiamin (vitamin BI) yang diperlukan untuk mencegah beri-beri pada bayi. Zat besinya juga lebih tinggi, membantu bayi usia 6 bulan ke atas yang asupan zat besinya dari ASI sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan tubuh. Belum lagi vitamin dan mineral-mineral penting lainnya.
Dengan kelebihan seperti dipaparkan di atas baik sekali jika keluarga kita mulailah mengonsumsi beras merah.

Cegah Kanker
Beras merah telah dikenal sejak tahun 2800 SM. Oleh para tabib saat itu benda ini dipercaya memiliki nilai medis yang dapat memulihkan kembali rasa tenang dan damai. Bila dibandingkan dengan beras putih, kandungan karbohidrat beras merah lebih rendah (78,9 gr : 75,7 gr), tetapi hasil analisis Nio (1992) menunjukkan nilai energi yang dihasilkan beras merah justru di atas beras putih (349 kal : 353 kal). Selain lebih kaya protein (6,8 gr : 8,2 gr), hal tersebut mungkin disebabkan kandungan tiaminnya yang lebih tinggi (0,12 mg : 0,31 mg).
Kekurangan tiamin bisa mengganggu sistem saraf dan jantung, dalam keadaan berat dinamakan beri-beri, dengan gejala awal nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, sembelit, mudah lelah, kesemutan, jantung berdebar, dan refleks berkurang. Unsur gizi lain yang terdapat pada beras merah adalah selenium. Selenium merupakan elemen kelumit (trace element) yang merupakan bagian esensial dari enzim glutation peroksidase. Enzim ini berperan sebagai katalisator dalam pemecahan peroksida menjadi ikatan yang tidak bersifat toksik. Peroksida dalam ikatan toksik dapat berubah menjadi radikal bebas, yang mampu mengoksidasi asam lemak tidak jenuh dalam membran sel sehingga merusak membran tersebut. Kerusakan ini menyebabkan kanker, dan penyakit degeneratif lainnya.
Oleh karena itulah banyak pakar mengatakan selenium mempunyai potensi untuk mencegah penyakit kanker dan penyakit degeneratif lain.

Sabtu, 09 Juli 2011

Fakultas Biologi Dampingi Warga Beji Berlatih Wirausaha

Gunungkidul, CyberNews. Warga Desa Beji, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul yang jumlahnya mencapai lebih dari lima ribu penduduk, belum bisa mengoptimalkan hasil pertaniannya, seperti padi, kedelai, maupun jagung. Masyarakat setempat, selama ini masih bertani maupun berwirausaha secara tradisional. Akibatnya, hasil pertanian dan wirausaha yang digeluti menjadi tidak maksimal.
Hal itulah yang menjadikan Desa Beji dan Kemadang, Ngawen menjadi desa binaan Fakultas Biologi melalui Education for Sustainable Development (EfSD) program I-MHERE (Indonesia Managing Higher Education for Relevancy & Efficiency). Menurut PIC I-MHERE Sub Aktifitas 3.1, Slamet Widiyanto SSi MSi, selain Fakultas Biologi, untuk membina dua desa tersebut juga melibatkan LPPM UGM dan MM UGM.
"Kalau melalui LPPM dengan KKN-nya sudah sejak sekitar tahun 1999, namun Fakultas Biologi masuk sekitar tahun 2006 lalu," paparnya di Balai Desa Beji.
Seperti kegiatan sosialisasi pemanfaatan sumberdaya alam dan pelatihan kewirausahaan yang diadakan di Desa Beji hari itu, imbuhnya, merupakan bentuk nyata pendampingan yang dilakukan kepada masyarakat setempat. Kegiatan tersebut diikuti oleh sekitar 60 peserta dari 14 gabungan kelompok tani (Gapoktan). Dijelaskan, bentuk pendampingan dan pelatihan yang dilakukan diharapkan tetap memperhatikan tiga pilar penting, yaitu ekonomi, sosial dan budaya.
Sementara itu, Kepala Desa Beji, Sularti mengatakan, pendampingan yang dilakukan Fakultas Biologi itu setidaknya bisa menambah wawasan kepada masyarakat untuk mengembangkan usahanya.
Dia mencontohkan, hasil produksi kedelai yang sebelumnya hanya diolah menjadi tahu atau tempe, saat ini sudah berkembang menjadi susu kedelai. Belum lagi pengembangan emping yang selama ini hanya dijual saja, sudah dikembangkan menjadi emping jagung. Sedangkan ketela yang hanya dijadikan gaplek, saat ini sudah berkembang menjadi makanan ringan slondok atau lanting.
Pada acara sosialiasi dan pelatihan wirausaha hari itu, warga mendapatkan pengetahuan, antara lain tentang pengembangan galur kedelai murni, beras berwarna dan fungsinya bagi kesehatan, pengembangan produk kelapa, serta pemanfaatan pupuk hayati untuk mereduksi gas rumah kaca penyebab pemanasan global.
( Bambang Unjianto / CN31 / JBSM )